TESIS PENGARUH BRAND AWARENESS DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI

Wednesday, March 23, 2016
T-(0087) TESIS PENGARUH BRAND AWARENESS DAN WORD OF MOUTH TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI

BAB 2
LANDASAN TEORI 


2.1. Media sosial
2.1.1 Definisi media sosial
Menurut Lon Safko dalam bukunya Media sosial Bible.
"Sosial media is only a new set of tools, new technology that allow us to more efficiently connect and build relationship with our customer and prospect. " (2010,27)
Media sosial hanyalah sekumpulan set peralatan baru, teknologi baru yang memberikan kita sebuah kesempatan untuk berhubungan dengan lebih efisien dan membangun hubungan dengan konsumen dan prospek. Ini sama seperti yang dilakukan oleh media-media kuno sebelumnya, seperti billboard, radio, televise, majalah bertahun-tahun lalu. Tapi perbedaannya media sosial jauh lebih efektif daripada media-media tradisional lainnya.
2.1.2 Karakteristik Media Sosial
Media sosial sendiri menurut Anthony Mayfield dalam buku "What is Media Sosial Media" (2008, 5) memiliki beberapa karakteristik tertentu yang sangat berbeda dengan media-media tradisional lainnya, yaitu:
1. Participation (partisipasi): Media sosial menyamarkan bentuk antara audiens dengan media karena mendorong adanya umpan balik dan kontribusi dari berbagai orang.
2. Openness (Keterbukaan): Kebanyakan media sosial terbuka terhadap umpan balik ataupun partisipasi, mereka mengutamakan sistem voting, komentar ataupun berbagi informasi. Jarang sekali adanya batasan dalam mengakses atau membuat isi dalam media sosial.
3. Conversation: Dalam media tradisional semua tentang broadcasting (menyiarkan konten) yang seperti pembicaraan satu arah. Sedangkan dalam media sosial lebih seperti pembicaraan dua arah atau timbal balik.
4. Community: Media sosial memberikan kesempatan untuk terbentuknya komunitas dengan cepat dan berhasil.Komunitas-komunitas yang memiliki kegemaran yang sama untuk saling berbagi seperti acara tv favorit, makanan yang sama, dan lain-lain.
5. Connectedness: Kebanyakan jenis-jenis media sosial berkembang dengan keterhubungan mereka, menggunakan link situs, sumber daya dan orang-orang lain.
2.1.3 Jenis Media Sosial
Masih menurut Anthony Mayfield (2008, 6), saat ini media sosial memiliki 6 jenis bentuk dasar:
1. Sosial Network atau jaringan sosial : Situs-situs seperti ini menyediakan sarana untuk membuat situs pribadi mereka sendiri dan berhubungan dengan teman- temannya untuk saling berbagi informasi atau konten situs tersebut. Contoh dari
jaringan sosial seperti ini adalah Facebook dan MySpace.
2. Wikis : Situs-situs seperti ini menyediakan sarana bagi masyarakat dunia maya untuk menulis atau pun menyunting konten informasi tentang berbagai pengetahuan dalam suatu sarana komunal yang dijadikan sebagai hasil kolaborasi bersama yang saling melengkapi. Contoh wiki yang paling terkenal adalah Wikipedia.
3. Podcasts : Adalah audio atau video online yang dibuat oleh orang yang tersedia dan bisa diakses dengan cara berlangganan misalnya dengan iTunes.
4. Content Communities : Pada dasarnya ini adalah media sosial dimana konten berasal dari komunitas yang berbagi informasi tentang suatu topik kegemaran tertentu. Komunitas seperti ini umumnya terbentuk di Youtube (video) ataupun flickr (foto).
5. Blogs : Mungkin bentuk media sosial yang paling dikenal, blog adalah jurnal online. Ada beberapa fitur yang dimiliki blog yang membuatnya berbeda dari situs-situs lainnya dan bisa dipercaya.
6. Forum : Merupakan sarana online untuk memberikan diskusi, seringkali tentang topik atau masalah tertentu . Forum sendiri muncul sebelum lahirnya media sosial, dan menjadi salah satu elemen yang paling kuat dari komunitas online. Contoh forum di Indonesia adalah Kaskus.
2.1.4 Jenis pengguna Media sosial
Selain berbagai jenis media sosial, seperti dijelaskan dalam buku Media sosial Bible (2010, 47), terdapat pula berbagai jenis pengguna media sosial, seperti dibawah ini:
1. Lurkers : Mengobservasi komunitas dan melihat foto. Mereka tak menambahkan ke konten komunitas ataupun ke komentar, dan mereka hanya sekali-kali mengunjungi situs untuk melihat foto/hal yang disarankan orang lain.
2. Novices : Orang yang baru mulai terlibat dalam komunitas ini. Mereka mulai menyediakan konten dan secara tentatif mulai terlibat dalam beberapa thread (topik). Pengguna seperti ini hanya membuat beberapa komentar, sedikit terlibat atau bahkan membuat foto mereka sendiri.
3. Insiders : Pengguna ini secara konsisten ikut berpartisispasi dalam diskusi komunitas, komentar ataupun konten. Mereka berinteraksi dengan sesame anggota dan secara regular menulis post. Mereka berusaha uintuk mengomentari, memberi rating, dan berpartisipasi dengan material anggota yang lain.
4. Leaders : Mereka dikenal sebagai partisipan veteran. Mereka berhubungan dengan orang biasa dan dikenal sebagai contributor yang memiliki pengaruh. Seorang Leader tak akan melihat sebuah foto anggota lain tanpa mengomentarinya. Dan terkadang mengoreksi perilaku anggota lain jika dianggap
tak pantas. Seorang Leaders kadang akan merekomendasikan/ me-link foto anggota lain sebagai cara untuk konten silang.
5. Elders : Seorang elder akan meninggalkan jaringan sosial untuk berbagai alas an. Mungkin karena interest mereka sudah berganti atau komunitas sudah mengarah ke hal lain yang tak sesuai dengan mereka. Kepergian mereka mungkin karena tak ada waktu, ketertarikan, ataupun hal lain.
2.1.5 User Generated Content
User Generated Content (UGC) atau dikenal juga dengan consumer generated media (CGM) adalah semua material yang diciptakan dan diunggah ke internet oleh professional non media. UGC sudah ada sejak awal internet namun sejak semakin cepatnya dan murahnya akses internet saat ini menjadi format konten internet yang paling cepat berkembang (IAB, 2008). USG sendiri semakin berkembang dengan munculnya media sosial, seringkali disebutkan bahwa media sosial menjadi hiper dari USG (IAB, 2008)
2.1.6 Sosial location marketing
Peran sosial location marketing dalam setiap tahap siklus keputusan pembelian (Salt 2011, 17) terjadi saat konsumen melakukan check-in di suatu tempat mereka secara afinitas mendeklarasikan ke publik tempat tersebut. Baik disengaja ataupun tidak, mereka membuat pernyataan bahwa menggunakan tempat ini sebagai bagian dari hidup mereka. Mereka memberitahu orang-orang di jaringan mereka bahwa tempat ini layak dikunjungi.
Gambar 2.1 Peran social location marketing Sumber : Simon Salt (2010)
Dalam grafik di atas, Simon Salt menjelaskan lima hal yang dimiliki sosial location marketing dalam mempengaruhi keputusan pembelian:
1. Brand awareness : Membuat audiens target menyadari adanya keberadaan suatu brand. Ini secara tradisional biasanya dihubungkan dengan advertising (periklanan) namun dalam bentuk lingkungan masyarakat saat ini yang lebih "word of mouth aware" membuat konsumen yang sudah ada untuk menjadi pengiklan Anda adalah usaha yang lebih umum. Perangkat berbagi lokasi sosial telah mencapai hal itu. Perangkat seperti ini yang menyiarkan bahwa seorang pengguna tak hanya berbelanja, tapi juga berbelanja di suatu tempat tertentu. Terlepas apakah pengguna berbelanja di suatu pasar swalayan terkenal, ia memberitahu jaringan sosialnya bahwa ia berbelanja di suatu merek atau tempat tertentu untuk menarik perhatian mereka yang belum pernah berbelanja di tempat itu sebelumnya.
2. Brand Elevation: Membuat target audiens menyadari suatu brand biasanya tak cukup untuk menarik pembeli, namun membuat target audiens menjadi aware terhadap suatu merek adalah langkah berikut untuk menjadikan merek itu termasuk dalam tahap pertimbangan dalam siklus pembelian keputusan. Untuk melakukan itu brand perlu memiliki posisi pilihan yang lebih baik daripada kompetitor. Sekali lagi, perangkat berbagi sosial location memiliki peran, karena semua brand saat ini menghadapi kompetisi dan setiap konsumen memiliki beberapa pilihan, positioning antara kompetitior itu dan menjadi pilihan untuk pembelian konsumen menjadi sangat berharga.
Karena jaringan dari pengguna umumnya dihadapi oleh pilihan yang banyak, maka informasi yang bisa membantu mereka memutuskan dengan cepat akan sangat berharga, seperti rekomendasi dari teman mampu mengubah brand masuk ke dalam tahap pertimbangan bagi pembeli.
3. Consideration (Pertimbangan): Tahapan consideration mungkin akan berada tepat sebelum pembelian atau beberapa bulan atau tahun sebelum pembelian. Kebanyakan pertimbangan tergantung pada pentingnya kebutuhan dari pembeli, harga dari produk atau jasa, dan banyaknya informasi yang tersedia. Perangkat berbagai sosial location memiliki bisa memiliki peran dalam semua keputusan ini.
Seorang pengguna yang melakukan check-in pada toko tertentu, seperti Apple, tak hanya menyatakan preferensinya pada merek tertentu tapi juga pilihannya terhadap tipe teknologi tertentu.
Karena dalam jaringan mereka mungkin ada beberapa orang yang berada dalam tahap pertimbangan membeli produk tertentu. Dan melihat seseorang yang berada dalam jaringan sosial mereka dimana opini dipertimbangkan oleh orang tersebut akan memberikan insentif tambahan terhadap brand tersebut. Dengan memindahkan brand, produk, jasa, atau lokasi tertentu ke dalam tahap consideration, akan meningkatkan peluang menjadikan seseorang konsumen.
4. Purchase: Check-in pada saat pembelian dan menyatakan suatu pembelian mungkin pengguanan perangkat ini paling yang kuat. Setiap perangkat media sosial berbasis lokasi melakukan hal ini dengan cara berbeda, tapi penggunaan paling dasar adalah melakukan check-in pembelian dengan menambahkan pembicaraan pada media sosial lain seperti Twitter.
Karena pembicaraan ini terjadi pada saat pembelian, mereka menyediakan kesempatan terbaik untuk brand atau bisnis mendapatkan umpan balik dan terlibat dalam pembicaraan itu. Dari hal yang sederhana seperti ucapan "terima kasih" hingga ke pembicaraan yang lebih mendetail menunjukkan brand tersebut menjadi bagian dari komunitas dan menghargai konsumen.
5. Social network advice : Kemampuan konsumen potensial untuk mendapatkan rekomendasi, komparasi, bahkan ulasan terhadap suatu produk, jasa dari jaringan sosial mereka semakin meluas dengan adanya perangkat media sosial. Bisnis kini menjadi bagian dari komunitas dan termasuk dalam tahapan pertimbangan akhir dalam melakukan suatu keputusan membeli. Rekomendasi atau referensi dari suatu teman dalam jaringan menjadi sangat penting
2.2.Brand Awareness
Secara umumnya, awareness menjelaskan tentang reaksi persepsi dan kognitif dari seseorang pada kondisi atau ajang tertentu. Awareness tak harus menunjukkan pemahaman terhadap konsep abstrak karena awareness dapat fokus pada bentuk internal, seperti insting atau sensor persepsi.
Marton dan Booth (1997) memberikan contoh tentang awareness. Orang-orang yang mengalami pengalaman dan secara sadar terhadap suatu situasi. Mereka juga sadar tentang diri mereka, latar belakang kejadian tersebut, lokasi, emosi yang ada pada tempat tersebut dan waktu. Meski awareness tentang apa pun terjadi pada waktu yang sama, intensitasnya pun berbeda. Awareness seseorang terus menerus membentuk ulang struktur secara konstan, sehingga awareness dapat disebut sebagai gabungan dari semua pengalaman individual.
Brand awareness merujuk pada kekuatan kehadiran suatu merek di pikiran konsumen," (Aaker 1996, 10). Brand awareness ini mengukur persentase dari target pasar yang secara sadar mengetahui nama suatu merek (Bovee et all, 1995). Para pemasar dapat menciptakan awareness pada target audiensnya melalui iklan dan publisitas yang terus berulang (Stryfom et al, 1995). Menurut Kotler (2010), “Brand Awareness adalah kemampuan seorang konsumen untuk mengingat


Artikel Terkait

Previous
Next Post »