TESIS MANAJEMEN MUTU DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL PENDIDIK DI MADRASAH ALIYAH

Monday, March 28, 2016
T-(0094) TESIS MANAJEMEN MUTU DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL PENDIDIK DI MADRASAH ALIYAH


BAB II 
KAJIAN PUSTAKA


A. KONSEP DASAR PENDIDIK 
1. Pegertian Pendidik
Dari segi bahasa sebagaimana yang dijelaskan oleh W.J.S. Poerwadinata, pendidik adalah orang yang mendidik 12 Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah oarang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan pendidik. Kata tersebut seperti teacher, yang diartikan guru atau pengajar dan tutor yang berati guru pribadi atau guru yang mengajar di rumah.13 Dalam bahas arab dijumpai kata ustadz, Mudarris, Muallim, dan Muaddib yang berarti guru pengajar, pendidik dan pengasuh.14
Beberapa kata tersebut di atas secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik, karena keseluruhan kata tersebut mengacu pada seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain. Kata-kata yang bervariasi itu menunjukkan perbedaan ruang gerak dan lingkungan dimana pengetahuan dan keterampilan diberikan. Jika pegetahuan diberikan di sekolah disebut guru, di perguruan tinggi di sebt dosen, di rumah secara prbadi disebut tutor dan di pusat-pusat latihan dinamakan instruktur.
Dengan demikian kata pendidik secara fugsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan dan pengalaman dan lain sebagainya.
Adapun pengertian pendidik menurut istilah yang lazim digunakan dalam masyarakat telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan, Ahmad Tafsir misalnya, mengatakan bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori barat yakni siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.15 Ia mengatakan bahwa dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab adalah orang tua peserta didik. Tanggung jawab tersebut disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal: pertama, karena kodrat, yakni karena orang tua yang ditakdirkan bertanggung jawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses kedua orang tuanya.16
Selanjutnya dalam beberap literatur kependidikan pada umumya istilah pendidik yang diwakili oleh istilah guru. Istilah guru sebagaimana yang dijelaskan olah Hadari Nawawi adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah atau kelas. Secara lebih khusus lagi mengatakan bahwa guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing.17 Jadi guru dalam hal ini selain memberikan pelajaran di muka kelas juga harus membantu mendewasakan peserta didik. Di samping itu, pendidik adalah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam satu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.18
Dari pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dalam melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan sebagai mahluk individu yang mandiri. Di rumah, orang yang melakukan tugas tersebut adalah orang tua karena secara moral dan teologis merekalah yang diserahi tanggung jawab pendidikan anak. Di sekolah tugas tersebut dilakukan oleh guru dan dimasyarakat dilakukan oleh organisasi-organisasi kependidikan dan sebagainya. Atas dasar ini maka yang termasuk ke dalam pendidik itu bisa kedua orang tua, tokoh masyarakat dan sebagainya. 2. Kedudukan Pendidik
Pendidikan merupakan suatu rekayasa untuk mengendalikan learning, guna mencapai tujuan yang direncanakan secara efektif dan efisien. Dalam proses rekayasa ini peran “teaching" amat penting, karena merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan nilai pada siswa, sehingga apa yang ditransfer memiliki makna bagi diri sendiri, dan berguna tidak saja bagi dirinya tetapi juga bagi masyarakat.
Yang dimaksud dengan individu yang mampu adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, sehat jasmani dan rohani mampu berdiri sendiri dan mampu menanggung resiko dari segala perbuatannya dan yang utama dituntut dari seorang pendidik adalah kesediaan dan kerelaannya untuk menerima tanggung jawab sebagai pendidik. Jalaluddin, Filsafat Pendidikan (Jakarta: Gay a Media Pratama, 1997), hlm. 122.
Oleh karena itu, pendidik atau guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur pendidik mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal disekolah. Hal ini tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan pendidik, sebagian besar waktu pendidik adalah disekolah, sisanya ada di rumah dan masyarakat.
Menjadi pendidik berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi menjadi pendidik berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah tidak mudah, karena kepadanya lebih banyak dituntut suatu pengabdian kepada peserta didik dari pada karena tuntutan pekerjaan dan material oriented.19
Figur pendidik yang mulia adalah sosok pendidik yang dengan rela hati menyisihkan waktunya demi kepentingan peserta didik, demi membimbing peserta didik, menasehati peserta didik dan membantu kesulitan peserta didik dalam segala hal yang bisa menghambat aktivitas belajarnya.
Karena itu, dalam dunia pendidikan, pendidik memiliki arti dan peranan yang sangat penting, hal ini disebabkan ia memiliki tanggung menjawab dan menentukan arah pendidikan. Dalam hal ini, penulis mengambil kedudukan pendidik dari sudut pandang Islam karena terkait dengan pendidik di madrasah. Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik. Islam mengangkat derajat mereka dan memuliakan mereka mele bihi orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Penghormatan dan penghargaan Islam terhadap orang-orang yang berilmu itu terbukti dalam QS. Al-Muj adalah (58): 11 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan member kelapangan untukmu, dan apabila dikatakan, berdirilah kami, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah maha mengetahuiapa yang kamu kerjakan (QS. Al-Muj adalah (58): 11)20
Salah satu hal yang sangat menarik pada ajaran Islam adalah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap pendidik. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan pendidik setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal ini terjadi karena pendidik selalu terkait dalam ilmu pengetahuan, sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan.21
Kedudukan orang alim dalam Islam sangat dihargai, jika orang tersebut mengamalkan ilmunya. Karena mengamalkan Ilmu itu kepada orang lain adalah suatu pengalaman yang paling berharga oleh Islam. Al-Ghazali mengatakan bahwa barang siapa yang memilki pekerjaan mengajar, maka ia sesungguhnya Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan tergambar dalam hadist yang artinya
sebagi berikut: (1). Tinta ulama lebih berharga dari pada darah syuhada. (2). Orang
berpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah yang berpuasa dan menghabiskan waktu
malamnya untuk mengerjakan shalat, bahkan melebihi kebaikan orang yang berperang di jalan
Allah (3) Apabila meninggal kecuali alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak
dapat di isi kecuali oleh orang alim lainnya.
telah memiliki pekerjaan besar yang penting. Ia juga mengatakan bahwa seorang sarjana yang bekerja mengamalkan ilmunya adalah lebih baik dari seseorang yang hanya beribadah saja, puasa saja tiap hari dan sembahyang tiap malam. 22
Sejalan dengan itu, Athiyah Al-Abrasyi mengatakan bahwa seseorang yang berilmu dan kemudian mengamalkan ilmunya itu maka orang itulah yang dinamakan orang yang berjasa besar di kolong langit ini. Orang tersebut bagaikan matahari yang menyinari orang lain dan menerangi pula dirinya sendiri, dan ibarat minyak kasturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiri pun harum. Siapa yang bekerja di bidang pendidikan maka sesungguhnya ia memilki pekerjaan terhormat dan sangat penting, maka hendaknya ia memelihara adab dan sopan santun dalam tugasnya itu.23
Sebenarnya tingginya kedudukan pendidik dalam Islam merupakan realisasi dari ajara Islam itu sendiri.24 Islam memuliakan pengetahuan dan pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang belajar adalah calon pendidik dan yang mengajar adalah pendidik. Maka tidak boleh tidak, Islam memuliakan pendidik. Oleh karena itu, pendidik adalah rohani (spritual father) bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu. Pembinaan akhlak dan membenarkan atau meluruskannya.25 Atas dasar ini maka menghormati pendidik pada hakekatnya adalah menghormati anak-anak kita sendiri. Dengan pendidikan itulah anak-anak dapat hidup dengan baik dan

Artikel Terkait

Previous
Next Post »