Berkaitan dengan perubahan sosial, Zaltman dan Duncan (1973: 7) berpendapat bahwa semua inovasi adalah termasuk perubahan sosial, tetapi perubahan sosial belum tentu inovasi. Inovasi merupakan perubahan sosial yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu dan diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Dengan demikian, inovasi adalah bagian dari perubahan sosial.
Beragam definisi inovasi dikemukakan oleh beberapa ahli dengan susunan kalimat dan penekanan maksud yang berbeda namun pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di antaranya dikemukakan oleh Ibrahim (1988: 40) mendefinisikan inovasi sebagai:
Suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu.
Definisi tersebut menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat).
Hal yang baru tersebut dapat berupa hasil invensi maupun diskoveri yang dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau memecahkan masalah.
Invensi (Invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru. Dalam arti, hasil kreasi manusia, benda atau hal lain yang ditemukan tersebut benar-benar belum ada sebelumnya, kemudian diadakan kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teknik pembuatan barang dari plastik, dll. Sedangkan diskoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada, tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan hukum gravitasi oleh Newton, dll. (Ibrahim, 1988: 40).
Adapun inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan kata lain, inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invensi maupun diskoveri untuk mencapai tujuan pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan (Ibrahim, 1988: 51).
Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan komponen sistem pendidikan dalam arti sempit (suatu lembaga pendidikan) maupun dalam arti luas (sistem pendidikan). Miles (1964: 15) mengemukakan komponen pendidikan atau komponen sistem sosial yang memungkinkan untuk dilakukan suatu inovasi, yaitu:
1. Pembinaan personalia;
2. Banyaknya personalia dan wilayah kerja;
3. Fasilitas fisik;
4. Penggunaan waktu;
5. Perumusan tujuan;
6. Peran yang diperlukan;
7. Wawasan dan perasaan;
8. Bentuk hubungan antar bagian;
9. Hubungan dengan sistem yang lain;
10. Strategi.
Cepat lambatnya penerimaan inovasi, termasuk inovasi pendidikan oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi sendiri. Menurut Rogers (1983: 14-15), karakteristik inovasi tersebut adalah:
1. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang
sangat penting;
2. Kompatibel (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima;
3. Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan manggunakan inovasi bagi penerima;
4. Trialabilitas (trialability), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima;
5. Dapat diamati (obsev ability), yaitu mudah diamati atau tidaknya suatu hasil inovasi oleh penerima.
Sedangkan Zaltman, Duncan, dan Holbek (1973: 32-50) berpendapat bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut inovasi itu sendiri yang meliputi: pembiayaan, balik modal, efisiensi, resiko dan ketidakpastian, mudah dikomunikasikan, kompabilitas, kompleksitas, status ilmiah, kadar keaslian, dapat dilihat kemanfaatannya, dapat dilihat batas sebelumnya, keterlibatan, hubungan interpersonal, kepentingan umum dan penyuluh inovasi.
Dalam hal ini, penulis mengutip definisi inovasi yang dikatakan oleh White
(1987: 211) yang berbunyi: "Inovation more than change, although all
innovations involve change." (inovasi itu ... lebih dari sekedar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan). Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara inovasi dengan perubahan, kita lihat definisi yang diungkapkan oleh Nichols (1983: 4). "Change refers to" continuous reapraisal and improvement of existing practice which can be regarded as part of the normal
activity while innovation refers to .... Idea, subject or practice as new by an
individual or individuals, which is intended to bring about improvement in relation to desired objectives, which is fundamental in nature and which is planned and deliberate."
Nichols menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi (innovation) sebagaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang diangap sebagai bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah mengacu kepada ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan.
B. Sasaran Inovasi Pendidikan
Setelah membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan perubahan, maka berikut ini akan diuraikan tentang sasaran inovasi pendidikan.
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan. 1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain sebagainya. (Wright, 1987) 2. Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan
merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekuen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya. 3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.