(KODE : 0005-PEND MATEMATIKA) : SKRIPSI KEGIATAN GURU MEMFASILITASI PROSES BELAJAR SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR DENGAN METODE MONTESSORI PADA POKOK BAHASAN MEMBACA DAN MENULIS LAMBANG BILANGAN DENGAN BANTUAN PAPAN SEGUIN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pencipta Metode Montessori
Metode Montessori adalah suatu metode pembelajaran yang diciptakan oleh Dr. Maria Montessori. Maria Montessori adalah seorang wanita Italia yang lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di Chiaruvella Roma. Sejak kecil ia menunjukkan kepintaran yang luar biasa. Ia menjadi wanita Italia pertama yang mencapai gelar Doktor dalam ilmu kedokteran, yaitu di Universitas Roma pada tahun 1896. Setelah lulus dari sekolah kedokteran, Maria bekerja sebagai asisten di sebuah rumah sakit penyakit jiwa bagian perawatan anak-anak yang lemah pikiran.
Setelah beberapa waktu membina anak-anak cacat, ia berpendapat bahwa perawatan anak-anak yang lemah pikirannya bukanlah masalah medis melainkan masalah pendidikan juga. Dari beberapa pendapat itu mulailah Montessori menjelajahi ilmu jiwa dan ilmu pendidikan. Pada tahun 1900 mulailah Maria Montessori mempelajari pengajaran untuk anak-anak biasa. Pada tanggal 6 Januari 1907 dibukalah sekolah Montessori yang pertama. Sekolah itu diberi nama "Casa Dei Bambini" yang artinya rumah kanak-kanak.
Tidak lama setelah "Casa Dei Bambini" yang pertama dibuka, didirikan lagi sebuah rumah kanak-kanak di daerah lain di kota Roma. Kemudian pada tanggal 18 Oktober 1908 di Umanitari di kota Milan dibuka sebuah rumah kanak-kanak di perkampungan kaum buruh. Maria juga bekerja sama dengan beberapa orang yang terkemuka sehingga berkat kerja sama nya tersebut pada tahun 1908 berdirilah sebuah rumah kanak-kanak bagi orang yang kurang mampu. Banyak ahli pendidikan yang datang dari berbagai tempat untuk mengunjungi Maria Montessori dan sekolahnya. Mereka sangat tertarik dengan sistem pendidikannya, sehingga tak lama kemudian tersebarlah cita-cita Montessori diseluruh dunia. Untuk memperkenalkan metodenya, pada tahun 1915 dibuka kelas Montessori yang didirikan di San Fransisco World Exhibition. Maria Montessori juga memberi kuliah di beberapa negara dan ia juga menghabiskan waktunya untuk meneliti penemuannya lebih lanjut, ia menerima banyak penghargaan. Dr. Maria Montessori meninggal di Belanda pada tanggal 6 Mei 1952 pada usia 82 tahun.
B. Metode Montessori
Metode Montessori adalah cara atau jalan pemikiran tentang apa yang anak inginkan. Metode Montessori disebut sebagai metode yang digunakan untuk membimbing dan melatih individu untuk menjadi lebih mandiri. Dalam metode Montessori tidak membeda-bedakan anak atau membandingkan anak pada anak normal atau anak sesuai standar menurut pertimbangan yang baik oleh sistem pendidikan tradisional. Ini didasarkan pada kepercayaan bahwa anak tersebut secara bebas untuk berhasil tanpa pembatasan dan kritikan atau aturan.
Metode Montessori disebut sebagai metode yang digunakan untuk membimbing dan melatih individu untuk menjadi lebih mandiri. Dalam metode Montessori anak tidak hanya mengembangkan kemampuan akademis, tetapi juga mereka dibimbing untuk mengembangkan kreativitas, kehidupan sosial, fisik dan emosi. Metode Montessori lebih menekan pada pengembangan karakter dan rasa percaya diri pada anak, Montessori menginginkan untuk membantu kebebasan berfikir, untuk belajar tanpa banyak masukan negatif. Anak-anak belajar dengan bertindak dan dengan percobaan.
Lingkungan secara khusus dipersiapkan untuk siswa supaya memungkinkan mereka berinteraksi secara bebas dan lepas, semua adalah ukuran anak-anak dan aman bagi anak-anak untuk disentuh dan digunakan Untuk membantu melihat seberapa baik anak menguasai dan menyerap apa yang sedang diperlihatkan pada mereka, hendaknya guru menggunakan pembelajaran tiga tahap, Elizabeth G. Hainstock, (1999: 9) menyatakan tujuan pembelajaran tiga tahap adalah mengajarkan konsep-konsep baru dengan cara repetitif (pengulangan), dengan demikian membantu anak memahami lebih baik materi-materi yang disajikan kepadanya. Pembelajaran tiga tahap itu adalah :
1. Tahap pertama : pengenalan identitas (Recognition of Identity)
Pada tahap ini anak mulai dikenalkan dengan suatu objek tertentu atau konsep tertentu yang akan dipelajari. Contoh : mengenalkan lambang bilangan 21, 22, ....
2. Tahap kedua : Pengenalan sesuatu yang berbeda-beda (Recognition of Contrasts).
Tahap ini siswa diharapkan sudah mampu memahami apa yang telah diajarkan pada tahap pertama. Dengan memberikan objek yang berbeda, siswa mencoba menemukan dari apa yang telah mereka pelajari sebelumnya. Contoh : setelah mengenalkan lambang bilangan 21, 22, ... setelah itu guru meminta siswa untuk menunjukkan lambang di atas 30, yaitu 31, 32, ....
3. Tahap ketiga : Membedakan antara benda-benda yang serupa (Discrimination between similar objects)
Dalam tahap ini anak diharapkan bisa membedakan objek yang telah mereka pelajari. Contoh : Dengan memberikan lambang bilangan yang berbeda-beda, siswa diminta membaca lambang bilangan tersebut. Misal: Guru menuliskan lambang bilangan 21, 33, 46, 50 dan meminta siswa membaca lambang bilangan tersebut. Guru membacakan nilai suatu bilangan tersebut dan meminta siswa untuk menuliskan lambang bilangannya.
C. Kegiatan Guru Memfasilitasi Pembelajaran
Dalam metode Montessori, guru bertindak sebagai fasilitator dimana guru menyediakan fasilitas - fasilitas belajar dan mempermudah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar siswa, tidak mengajari siswa tetapi membantu dan memotivasi siswa belajar. Membantu disini bukan diartikan menunjukkan hasil penyelesaian suatu masalah, tetapi menunjukan arah saja dan siswa sendiri yang harus melakukannya agar mencapai tujuannya. Bantuan dari guru dapat berupa penjelasan tentang materi yang akan dibahas, mengingatkan siswa tentang materi yang lalu, menjelaskan tentang penggunaan alat, dan Iain-lain.
Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada masalah kegiatan guru memfasilitasi pembelajaran. Masalah dalam hal ini menyangkut dengan penggunaan metode pembelajaran Montessori, yaitu metode yang mengutamakan kenyamanan belajar bagi siswanya.
D. Papan Seguin
Papan Seguin adalah papan-papan angka yang digunakan untuk mengajarkan angka dari 20 sampai 50. Berbentuk tipis dan memanjang, yang dibagi-bagi menjadi beberapa bagian sama luas oleh sekat tipis beralur yang dipasang horizontal. Untuk mengajarkan angka dari 20 sampai dengan 27 digunakan dua papan, papan pertama memiliki lima bagian sama besar yang masing-masing bertuliskan angka 20. Demikian juga dengan papan yang kedua, papan kedua memiliki empat bagian sama besarnya dengan papan pertama yang bertuliskan angka 20.
Kemudian dibuat sembilan kartu berangka 1 sampai dengan 9, tiap-tiap kartu berukuran lebih kecil dari papan angka puluhan sehingga seluruhnya dapat diselipkan atau dilapiskan di atas angka 0 dan angka 20 dengan cara memasukkan kartu pada alur yang telah tersedia. Demikian juga untuk bilangan 30 sampai dengan 39, 40 sampai dengan 49, demikian juga bilangan 10 sampai dengan 50. Papan seguin membantu siswa belajar memahami bilangan 21 sampai dengan 50.
E. Membaca dan Menulis Lambang Bilangan
Penelitian yang penulis lakukan dibatasi pada membaca dan menulis lambang bilangan dua puluh sampai dengan empat puluh sembilan, materi ini diberikan pada semester kedua kelas satu Sekolah Dasar. Yang dipelajari di sini adalah:
1. Membaca lambang bilangan
Membaca lambang bilangan yang dimaksud di sini adalah siswa ditunjukkan suatu bilangan tertentu kemudian siswa menyebutkan nilai dari lambang bilangan yang ditunjukkan tersebut.
2. Menuliskan lambang bilangan
Menulis lambang bilangan yang dimaksud di sini adalah siswa diberikan soal dikte kemudian siswa diminta untuk menunjukkan atau menuliskan lambang bilangan dengan bantuan papan Seguin.