PENANAMAN NILAI-NILAI ISLAM PADA ANAK PRA SEKOLAH
Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenai ke berapa hal yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).1 Adapun tahapan perkembangan anak meliputi:
1. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan ketrampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang tuanya. Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangnya kemampuan atau ketrampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut. Kemampuan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Perkembangan motorik masa anak-anak menyusun beberapa kotak
3.5 - 4. 5 Berjalan dengan 80 % langkah orang dewasa, berlari 1/3 kecepatan orang dewasa, melempar dan menangkap bola besar tetapi lengan masih kaku Mengancingkan baju, meniru bentuk sederhana, membuat gambar sederhana
4.5 - 5.5 Menyeimbangkan badan di atas satu kaki, berlari jauh tanpa jatuh, dapat berenang dalam air yang dangkal Menggunting, menggambar orang, meniru angka dan huruf sederhana, membuat susunan yang kompleks dan kotak-kotak
2. Perkembangan kognitif
Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasikan lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif. Imajinasi anak-anak pra sekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkat.3 Menurut Piaget, sebagaimana yang dikutip oleh Syamsu Yusuf, bahwa perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode "pre operasional", yaitu tahapan di mana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang dimaksudkan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau "simbolic function", yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk mengekspresikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata, gesture/ bahasa gerak dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai "semiotic function", kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol (bahasa, gambar, tanda/ isyarat, benda, gesture/peristiwa) untuk melambangkan sesuatu. Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi/ berfantasi tentang berbagai hal. Dia dapat menggunakan kata-kata, peristiwa dan benda untuk melambangkan yang lainnya. Adapun kemampuan anak berimajinasi dengan menggunakan peristiwa adalah tampak dalam permainannya bermain peran, seperti sekolah-sekolahan, perang-perangan, dan lain-lain. Perkembangan bahasa
Selama masa awal kanak-kanak, anak-anak memiliki keinginan yang kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan dua hal, yaitu; pertama, belajar berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Kedua, belajar berbicara merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian.
Pada masa ini penguasaan kosa kata anak juga meningkat pesat. Anak mengucapkan kalimat yang sangat panjang dan makin bagus, menunjukkan panjang pengucapan rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk. Untuk membantu perkembangan bahasa anak atau kemampuan berkomunikasi, maka orang tua dan guru dan guru TK seyogyanya memfasilitasi, memberi kemudahan/peluang pada anak dengan sebaik-baiknya. Berbagai peluang itu diantaranya sebab:
a. Bertutur kata yang baik dengan anak
b. Mau mendengarkan pembicaraan anak
c. Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkan nya)
d. Mengajak dialog dalam hal-hal sederhana seperti memelihara kebersihan rumah, sekolah, dan lain-lain.
e. Di TK, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan keinginannya melantunkan lagu dan puisi.
4. Perkembangan emosi
Selama awal masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan, karena anak-anak "keluar dari fokus", dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit dibimbing dan diarahkan. Hal ini tampak mencolok pada anak-anak usia 2,5 -3,5 dan 5,5 - 6,5 tahun. Sebagian dari emosi yang kuat pada periode ini dapat disebabkan oleh kelelahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang dan makan terlalu sedikit. Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan oleh masalah psikologis dari pada sosiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak-anak melakukan beberapa hal. Padahal anak merasa mampu melakukan lebih. Di samping itu, anak-anak menjadi marah bila tidak dapat melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukan dengan mudah. Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu:
a. Takut.
b. Cemas.
c. Marah.
d. Cemburu.
e. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan.
f. Kasih sayang.
g. Phobi (perasaan takut terhadap obyek yang tidak patut ditakuti)
h. Ingin tahu (curiosity).9
5. Perkembangan sosial
Pada usia pra sekolah (terutama mulai usia 4 tahun), perkembangan sosial anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Beberapa aspek penting dalam perkembangan psikososial yang terjadi pada masa awal anak-anak, yaitu:
a. Perkembangan permainan
Permainan adalah salah satu bentuk aktifitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak, sebab mereka menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah bermain dengan teman-temannya. Oleh karena itu, kebanyakan hubungan sosial dengan teman sebayanya terjadi dalam bentuk permainan. Jadi, permainan bagi anak-anak adalah suatu bentuk aktifitas yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktifitas itu sendiri, bukan karena ingin memperoleh sesuatu yang dihasilkan dari aktifitas tersebut. Hal ini adalah karena bagi anak-anak, proses melakukan sesuatu lebih menarik dari pada hasil yang akan dipadatkannya. Permainan mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan kehidupan anak, karena mempunyai tiga fungsi utama:
1). Fungsi Kognitif
Permainan membantu perkembangan kognitif anak. melalui permainan anak-anak menjelajahi lingkungannya, mempelajari obyek-obyek di sekitarnya dan belajar memecahkan masalah yang dihadapinya. 2). Fungsi Sosial
Permainan dapat meningkatkan perkembangan sosial anak. khususnya dalam permainan fantasi dengan memerankan suatu peran, anak belajar memahami orang lain. 3). Fungsi Emosi
Permainan memungkinkan anak untuk memecahkan sebagian masalah emosionalnya, belajar mengatasi kegelisahan dan konflik