TESIS PENGARUH AKTIVITAS FISIK, MEROKOK DAN RIWAYAT PENYAKIT DASAR TERHADAP TERJADINYA HIPERTENSI

Wednesday, March 02, 2016
T-(0039) TESIS PENGARUH AKTIVITAS FISIK, MEROKOK DAN RIWAYAT PENYAKIT DASAR TERHADAP TERJADINYA HIPERTENSI


BAB II
KAJIAN PUSTAKA 


2.1 Gambaran Kejadian Hipertensi
2.1.1 Gambaran Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mempunyai tekanan darah sistole {Sistolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastole (Diastolic Blood Pressure) lebih atau sama dengan 90 mmHg sesuai kriteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi sebelumnya (Bhadoria, dkk., 2014; Hamano, dkk., 2014).
2.1.2 Manifestasi Klinis Hipertensi
Julukan "the silent disease" diberikan kepada penyakit hipertensi ini. Hal ini sesuai dengan kedatangannya yang tidak terduga dan tanpa menunjukkan adanya gejala tertentu. Seringkali penderita hipertensi baru mengetahui setelah penyakit hipertensi yang dideritanya menyebabkan berbagai komplikasi (Suiraoka, 2012). Gejala hipertensi yang sering muncul adalah sakit kepala, penglihatan kabur, pusing atau migrain, epitaksis, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, suka marah, telinga berdengung (Sudoyo, 2010; Sutanto, 2010).
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistole dan diastole. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The Joint National (SNC 7) sebagai berikut.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Hipertensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibedakan menjadi faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol (Suiaroka,2012).
2.1.4.1 Faktor yang dapat dikontrol
Faktor yang dapat dikontrol yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, antara lain:
1) Obesitas
Obesitas dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kolesterol dalam tubuh, yang memicu terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah. Selain itu pasien hipertensi dengan obesitas akan memiliki curah jantung dan sirkulasi volume darah lebih tinggi dari pada hipertensi yang tidak obesitas. Dengan demikian beban jantung dan sirkulasi volume darah orang hipertensi dengan obesitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal (Sutanto, 2010; Nguyen & Lau, 2012).
Menurut hasil penelitian cross sectional deskriptif di Port Harcourt, Nigeria Selatan, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 75 dosen, diperoleh hasil bahwa prevalensi hipertensi ditemukan sebesar 21,33%. Hipertensi yang memiliki overweight sebesar 60%, yang mengalami obesitas sebesar 22,67% dan yang normal hanya sebesar 17,33% (Ordinioha, 2013). Hal ini juga didukung hasil penelitian cross sectional di India Tengah dengan jumlah sampel sebesar 939 orang, mengidentifikasikan bahwa IMT > 27,5 kg/m2 merupakan prediktor untuk hipertensi pada populasi perkotaan, sementara obesitas sentral merupakan prediktor hipertensi di populasi pedesaan (Bhadoria, dkk., 2014). Hasil penelitian cross-sectional di Rio de Janerio dengan jumlah sampel 854, diperoleh hasil bahwa kegemukkan dan obesitas berhubungan positif dengan kejadian hipertensi, nilai p < 0,05 (Correa-Neto, dkk., 2014).
2) Aktivitas Fisik
Orang yang kurang aktivitas fisik cenderung memiliki curah jantung yang lebih tinggi. Semakin tinggi curah jantung maka semakin keras kerja setiap kontraksi sehingga semakin besar oksigen yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Kurang aktivitas fisik juga risiko meningkatkan kelebihan berat badan (Suiraoka, 2012; Wahiduddin, dkk., 2013).
Menurut hasil penelitian cross sectional di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar dengan jumlah sampel sebanyak 139 orang, diperoleh hasil sebanyak 64,4% responden dengan aktivitas ringan menderita hipertensi, dan sebanyak 100% responden yang beraktivitas sedang tidak menderita hipertensi (Muliyati, 2011). Hasil penelitian yang lain case control Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan dengan jumlah sampel 164 responden, menunjukkan hasil bahwa aktivitas fisik kurang mempakan faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan OR = 2,67; 95% CI: 1,20-5,90 (Wahiduddin, dkk., 2013). Hasil penelitian cross sectional di Kosovo dengan besar sampel 1793 didapatkan hasil bahwa aktivitas fisik kurang berhubungan dengan terjadinya hipertensi dengan OR = 1,98; 95% CI: 1,46-2,74 (Hashani, dkk., 2014).
3) Merokok
Merokok atau mengunyah tembakau mempengaruhi terjadinya kenaikkan tekanan darah dan bahan kimia yang terkandung dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri yaitu menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah arteri serta memudahkan terjadinya aterosklerosis (Wahiduddin, dkk., 2013; Ansari, dkk., 2012). Menurut hasil penelitian case control study di Virginia Barat dengan jumlah sampel 2.889 peserta, diperoleh hasil bahwa kadar cotinine serum lebih tinggi pada perokok berhubungan positif dengan tekanan darah sistolik, dengan OR = 3,24, 95% CI : 1,86-5,63, p = 0,006 (Alshaarawy, dkk., 2013). Hasil penelitian yang lain case control study di Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan jumlah sampel 164 responden, diperoleh hasil bahwa perilaku merokok mempakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi, dengan OR = 2,32; 95% CI : 1,24-4,35 (Wahiduddin, dkk., 2013). Penelitian cross sectional di Semarang dengan sampel 115 responden menunjukkan hasil bahwa kebiasaan merokok berhubungan dengan terjadinya hipertensi p =0,005, jumlah rokok berhubungan dengan hipertensi p= 0,001, cara menghisap rokok dengan hipertensi p=0.003 (Tisa & Angela Novalia, 2012). Penelitan case control di Makasar dengan sampel 144 responden menunjukkan hasil pengaruh rokok dengan hipertensi OR= 1,42; 95%CI: 0,73-2,76) ( Anggraeni Rini, 2013).
4) Konsumsi Lemak Jenuh.
Asupan lemakjenuh dapat mengakibatkan dislipidemia yang merupakan salah satu faktor utama risiko arterosklerosis, yang pada gilirannya berpengaruh pada penyakit kardiovaskuler (Suiraoka, 2012). Menurut hasil penelitian case control di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah dengan jumlah sampel sebesar 310 responden, menunjukkan hasil bahwa konsumsi lemak jenuh menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi, nilai p = 0,001; OR = 7,72; 95% CI: 2,45-24,38 (Sugiharto, 2007). Hasil penelitian case control yang lainnya di Semarang dengan sampel 40 responden, menghasilkan asupan tinggi lemak menjadi faktor risiko kejadian hipertensi obesitik, nilai p = 0,002; OR = 4,3; 95% CI: 1,696-11,069 (Kapriana & Muhammad Sulchan, 2012).
5) Konsumsi Garam Berlebihan
Natrium dan klorida adalah ion utama pada cairan ekstraselular. Konsumsi garam dapur berlebihan dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler. Meningkatnya volume cairan pada ekstraseluler dapat meningkatkan volume darah sehingga berdampak pada kenaikan tekanan darah (Sutanto, 2010; Muliyati, 2011).
Menurut hasil penelitian cross sectional di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar dengan jumlah sampel sebanyak 139 responden, diperoleh hasil bahwa sebanyak 93,7% responden yang mengkonsumsi garam natrium lebih menderita hipertensi dan 63,2% yang mengkonsumsi natrium kurang tidak menderita hipertensi, nilai p = 0,001 (Muliyati, 2011). Penelitian cross sectional di Propinsi Jiangsu Cina juga menunjukkan bahwa konsumsi garam yang tinggi berhubungan dengan hipertensi dengan nilai p = 0.001 (Qin Yu, dkk., 2014). 6) Konsumsi Alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan sintesis katekolamin, yang dapat memicu kenaikan tekanan darah (Suiraoka, 2012). Menurut hasil penelitian cross sectional di Kabupaten Minahasa dengan jumlah sampel 107 orang, menunjukkan bahwa konsumsi alkohol berhubungan positif dengan kejadian hipertensi, nilai p = 0.001; OR = 4,3; 95% CI: 1.86-10.28 (Diyan, 2013). 7) Stres
Faktor risiko stres berpengaruh dengan terjadinya hipertensi dikaitkan dengan peran saraf simpatis yang mempengaruhi hormon epinefrin (adrenalin). Hormon epinefrin (adrenalin) dapat mempengaruhi peningkatkan tekanan darah (Sutanto, 2010; Hamano, dkk., 2012). Menurut hasil penelitian observasional di Jakarta dengan jumlah sampel 58 responden didapatkan hasil stres (tegang) berpengaruh terhadap hipertensi p=0,01; OR= 6,2; 95% CI: 1,4-26,2) (Korneliani, 2012) dan penelitan case

Artikel Terkait

Previous
Next Post »